BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kedudukan
dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia bersifat primer dan
fundamental. Keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing
anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab
orangtuanya. Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional
sosial dan intelektual. Bila kesemuanya berjalan secara harmonis maka dapat
dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat jiwanya. Dalam perkembangan
jiwa terdapat periode-periode kritik yang berarti bahwa bila periode-periode
ini tidak dapat dilalui dengan harmonis maka akan timbul gejala-gejala yang
menunjukkan misalnya keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri
kepribadian yang terganggu bahkan menjadi gagal sama sekali dalam tugas sebagai
makhluk sosial untuk mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan baik
untuk diri sendiri maupun untuk orang di lingkungannya. Keluarga merupakan
kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi menepati kedudukan yang
primer dan fundamental, oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar
dan vital dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal
maupun tahap-tahap kritisnya. Keluarga yang gagal memberi cinta kasih dan
perhatian akan memupuk kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan kepada
anak-anaknya. Demikian pula jika keluarga tidak dapat menciptakan suasana
pendidikan, maka hal ini akan menyebabkan anak-anak terperosok atau tersesat
jalannya.
Keluarga
mempunyai peranan di dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadi seorang anak.
Sebab keluarga merupakan lingkungan pertama dari tempat kehadirannya dan
mempunyai fungsi untuk menerima, merawat dan mendidik seorang anak. Jelaslah
keluarga menjadi tempat pendidikan pertama yang dibutuhkan seorang anak. Dan
cara bagaimana pendidikan itu diberikan akan menentukan. Sebab pendidikan itu
pula pada prinsipnya adalah untuk meletakkan dasar dan arah bagi seorang anak.
Pendidikan yang baik akan mengembangkan kedewasaan pribadi anak tersebut. Anak
itu menjadi seorang yang mandiri, penuh tangung jawab terhadap tugas dan
kewajibannya, menghormati sesama manusia dan hidup sesuai martabat dan
citranya.
BAB II
PEMBAHASAN
PENGARUH KELUARGA
TERHADAP KREATIVITAS
Kreativitas merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia,
yaitu kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan merupakan kebutuhan
paling tinggi bagi manusia (Maslow, dalam Munandar, 2009). Pada dasarnya,
setiap orang dilahirkan di dunia dengan memiliki potensi kreatif. Kreativitas dapat
diidentifikasi (ditemukenali) dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat
(Munandar, 2009). Munandar (2009) mengemukakan bahwa lingkungan yang dapat
mempengaruhi kreativitas individu dapat berupa lingkungan keluarga. Lingkungan
keluarga merupakan kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan
utama dalam pengembangan kreativitas
individu. Sejak usia
dini, anak memiliki potensi yang sangat besar. Menurut Prof. Dr. Utami
Munandar, seorang pakar kreativitas Indonesia, kapasitas otak anak pada usia 6 bulan
sudah mencapai sekitar 50 % dari keseluruhan potensi orang dewasa. Otak
seorang anak ternyata sangat luar biasa. Pada masa ini, anak mengalami
perkembangan intelektual otak yang sangat cepat.Tingkat perkembangan
intelektual otak anak, sejak lahir sampai usia 4 tahun mencapai 50%.
Oleh karena itu, pada masa empat tahun pertama ini sering disebut juga sebagai
Golden Age (Masa Keemasan), karena si anak mampu menyerap dengan cepat setiap
rangsangan yang masuk. Si anak akan mampu menghafal banyak sekali informasi,
seperti perbendaharaan kata, nada, bunyi-bunyian, dsb. Hingga usia 8 tahun,
anak telah memiliki tingkat intelektual otak sekitar 80 %. Perkembangan
intelektual otak ini relatif berhenti dan mencapai kesempurnaannya
(100%) pada usia 18 tahun. Jadi setelah usia 18 tahun, intelektualitas
otak tidal lagi mengalami perkembangan.Oleh karena itu, jika para orang tua
menyia-nyiakan kesempatan emas (Golden Age) pada masa kanak-kanak, berarti
mereka telah kehilangan satu momen yang sangat baik untuk memberikan landasan
bagi pendidikan anak selanjutnya. Salah satu kebiasaan buruk para orang tua
adalah menenggelamkan si anak dalam buaian mereka pada usia 3 6 tahun, sehingga
sebagian besar anak kehilangan kesempatan untuk mengasah potensi.Pendidikan
orang tua terhadap anak akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan
kreativitas anak. Anak yang memiliki bakat tertentu, jika tidak diberikan
rangsangan-rangsangan atau motivasi dari orang tua dan lingkungannya, tidak
akan mampu memelihara, apalagi mengembangkan bakatnya.Berdasarkan sebuah
penelitian, di sekolah ditemukan kurang lebih 40 % anak berbakat tidak
mampu berprestasi setara dengan kapasitas yang sebenarnya dimiliki
(Achir,1990). Akibatnya, sekalipun berkemampuan tinggi, banyak anak berbakat
tergolong kurang berprestasi. Untuk memberikan motivasi kepada anak berbakat,
orang tua atau pendidik perlu melakukan penelaahan agar dapat mengenali
ciri-ciri, kebutuhan dan kecenderungan si anak yang relatif berbeda dengan anak
biasa. Setelah hal-hal tersebut diketahui, orang tua atau pendidik akan lebih
mudah untuk menciptakan susana yang cocok bagi perkembangan bakat si
anak.Menurut Renzulli, keberbakatan meliputi tiga cluster ciri, yaitu kemampuan
umum yang tergolong di atas rata-rata (above average ability), kreativitas yang
kaya (creativity), dan pengikatan diri terhadap tugas (task commitment).Seorang
anak berbakat biasanya mudah dikenali, karena berbeda dan memiliki kelebihan
dibanding dengan anak-anak sebayanya. Anak yang memiliki kreativitas tinggi
biasanya memiliki ciri-ciri : punya rasa ingin tahu yang besar, aktif dan giat
bertanya serta tanggap terhadap suatu pertanyaan, selalu ingin meneliti
sesuatu, cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan, berdedikasi yang
tinggi dan aktif dalam menjalankan tugas, mempunyai daya imajinasi dan
abstraksi yang baik, memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mandiri,
dll.Seorang berbakat, menurut Dr. Yaumil Agoes Achir, selain memiliki
keunggulan intelektif juga memiliki keunggulan non intelektif. Pendekatan
terhadap mereka yang berbakat yang terbatas pada intelektual belaka akan
mengganggu keseimbangan perkembangannya. Kecerdasan emosional juga turut
menentukan keberhasilan bakat seorang anak.Keluarga adalah lingkungan yang
paling banyak mempengaruhi kondisi psikologis dan spiritual anak. Di Jepang,
misalnya, karena Jepang sangat memperhatikan pengembangan kreativitas anak
melalui kebebasan dan pemupukan kepercayaan diri, kebangkitan kreativitas
anak-anak di Jepang mengungguli anak-anak di Amerika dan Eropa (Awwad,
1995).Menurut Prof. Dr. Utami Munandar, kondisi yang menunjang perkembangan
kreativitas dan penuntun umum untuk mengembangkan kreativitas anak didik.
Strategi yang digunakan untuk mengembangkan kreativitas adalah 4 P, yaitu
dilihat dari segi Pribadi, Pendorong, Proses dan Produk.Kreativitas ditinjau
dari segi pribadi menunjuk pada potensi atau daya kreatif yang ada pada setiap
pribadi, anak maupun orang dewasa. Pada dasarnya, setiap orang memiliki bakat
kreatif dengan derajat dan bidang yang berbeda-beda. Untuk dapat mengembangkan
kreativitas anak atau kreativitas diri sendiri, pertama-tama kita perlu
mengenal bakat kreatif pada anak (atau pada diri sendiri), menghargainya dan
memberi kesempatan serta dorongan untuk mewujudkannya.Agar kreativitas dapat
berkembang memerlukan dorongan atau pendorong dari dalam sendiri dan dari luar.
Pendorong yang datangnya dari diri sendiri, berupa haasrat dan motivasi yang
kuat untuk berkreasi, sedangkan yang dari luar misalnya keluarga, sekolah dan
lingkungan.Sedangkan kreativitas sebagai suatu proses, dapat dirumuskan sebagai
suatu bentuk pemikiran dimana individu berusaha menemukan hubungan-hubungan
yang baru untuk mendapatkan jawaban, metode atau cara-cara baru dalam
menghadapi suatu masalah. Pada anak yang masih dalam proses pertumbuhan,
kreativitas hendaknya mendapat perhatian dan jangan terlalu cepat mengharapkan
produk kreativitas yang bermakna atau bermanfaat.Hal yang lebih penting adalah
menumbuhkan sikap senang dan berminat untuk bersibuk diri secara kreatif. Anak
perlu berkreasi sekaligus berekreasi. Faktor bermain adalah penting dalam
mengembangkan kreativitas, bahkan tidak hanya pada anak.Suatu penelitian di
Jakarta tentang sikap orang tua dalam pendidikan anak menyimpulkan bahwa orang
tua kurang menghargai perkembangan dari ciri-ciri inisiatif, kemandirian dan
kebebasan yang erat hubungannya dengan pengembangan kreativitas dan lebih
mementingakan ciri-ciri kerajinan, disiplin dan kepatuhan.
Kreativitas
sangat penting dalam kehidupan seseorang. Jika sedari dini kreativitas anak
sudah
dikembangkan, seperti dikatakan Prof. Dr. S. C. Utami Munandar berarti kita
sudah
memberi
dasar kokoh pada kehidupan anak selanjutnya, karena dalam dirinya sudah
terbentuk
sikap dan pribadi kreative. Dengan begitu, ia akan lebih siap dan mampu
menghadapi
masalah-masalah di masa depan. Sebagaimana kehidupan ini berubah amat
cepat, jika anak tidak kreatif ia
takkan mampu menyesuaikan diri dengan segala perubahan
yang terjadi d zamannya. Jadi, jika orang tua ingin anaknya tumbuh dan
berkembang sebagai
orang kreatif, optimalkan fungsi belahan otak kanannya sejak sekarang.
Menurut Conny, hal
ini sudah bisa dilakukan sejak anak berusia nol tahun karena manusia itu
mulai belajar sejak
nol tahun.
Ø CARA EFEKTIF MENGGALI
KREATIVITAS ANAK
Sebagaimana kita ketahui bahwa
pengalaman anak terbentuk dari pengalaman kerja dan diimbangi dengan lingkungan
sekitarnya. Banyak sekali teori yang mengatakan bahwa mayoritas kebiasaan yang
dipilih para orang tua untuk membentuk kreativitas anaknya adalah dengan
menumbuhkan rasa percaya diri dan kemampuan anak dengan pekerjaan yang sesuai
serta memberi kebebasan kepada anak untuk memilih kegemarannya sendiri tanpa
campur tangan pihak luar. Ada
juga teori yang mengatakan bahwa peran keluarga dalam menunjang kreativitas
anak harus menggunakan asas demokrasi dan kebebasan dalam setiap aktivitas
anak. Semua itu akan menumbuhkan kemampuan anak dalam berkarya. Karena itu,
orang tua harus memperhatikan pendidikan keterampilan keluarga. Cara ini
dianggap sebagai pendidikan yang mengarah pada perkembangan pemikiran dan
kreativitas seni anak. Diwaktu luang, anak diberi kesempatan memecahkan masalah
yang dihadapinya pada saat berkarya. Hal-hal yang akan membuka wawasannya dapat
membantu mereka mengembangkan kemampuan di saat berkarya. Cara ini dapat mempengaruhi daya cipta anak dengan
sempurna dalam bentuk karya seni yang berbeda-beda. Tidak diragukan lagi bahwa
usaha, sarana, latihan, pengalaman mewarnai, menggaris, mengukur,, membentuk,
menandai, menimbang, dll. dapat membantu perkembangan ekspresi seni pada diri
anak. Aturan hidup, baik ketika masih kecil maupun sudah dewasa, adalah faktor
yang menentukan. Keunggulan generasi ditentukan oleh pemanfaatan waktu luang,
terutama pada anak. Memanfaatkan waktu luang sangat bergantung pada kebiasaan
orang tua dan lingkungan masyarakat sekitar, supaya kita dapat menyelamatkan
anak-anak dari kebosanan belajar. Kami mengajak kepada para orang tua untuk
sepenuhnya mencurahkan perhatian dengan memanfaatkan waktu luang bagi anak,
seperti olahraga, kesenian, keilmuan, serta kegiatan lain yang bermanfaat
baginya, bagi keluarga, masyarakat dan agamanya.
Ø
SIKAP ORANG TUA YANG MENUNJANG KREATIVITAS ANAK
Dalam rangka mengembangkan kreativitas anak, maka orang
tua dalam keluarga sangat berperan sekali, hal ini sebagaimana yang diungkapkan
oleh Ambali dalam Munandar tentang sikap orang tua yang menunjang kreativitas
anak yaitu :
1. Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk
mengungkapkannya.
2.
Memberi waktu untuk berpikir, merenung
dan berkhayal.
3.
Membiarkan anak untuk mengambil
keputusan sendiri.
4.
Mendorong kemelitan (pen:keingintahuan)
anak, untuk menjajaki dan mempertanyakan banyak hal.
5.
Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai
apa yang ingin dicoba dilakukan, dan apa yang dihasilkan.
6. Menunjang dan mendorong kegiatan anak.
7.
Menikmati keberadaannya bersama anak.
8.
Memberi pujian yang sungguh-sungguh
kepada anak.
9. Mendorong kemandirian anak dalam bekerja.
10. Melatih hubungan kerjasama dengan anak.
Berdasarkan ungkapan diatas,
jelas bahwa orang tua sangat mempengaruhi bagi seorang anak dalam mengembangkan
kreativitasnya. Kenyataan pada saat ini masih banyak kelluarga yang mengabaikan
pengembangan kreativitas anak secara maksimal dengan asumsi bahwa anak dapat
berkembang dengan sendirinya, sehingga banyak variasi yang dialami anak dalam
mengembangkan kreativitasnya bahkan banyak anak yang berpotensi tidak adapat
mengembangkan kreativitasnya karena tidak adanya bimbingan secara khusus dari
orang tua.
Ø DAMPAK SIKAP ORANG TUA TERHADAPA KREATIVITAS ANAK
1.
Beberapa faktor penentu
a.
Kebebasan
Orang tua yang percaya
untuk memberikan kebebasan pada anak cenderung mempunyai anak kreatif.
b.
Respek
Anak kreatif biasanya
mempunyai orang tua yang menghormati mereka sebagai individu, percaya pada
kemampuan mereka dan menghargai keunikan anak.
c.
Kedekatan emosi yang
sedang
Kreativitas anak dapat
dihambat dengan suasana emosi yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan,
atau rasa terpisah. Namun keterikatan emosi yang berlebih juga tidak menunjang pengembangan
kreativitas.
d.
Prestasi bukan angka
Orang tua anak kreatif
menghargai prestasi anak, mereka mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya
dan mengahasilkan karya-karya yang baik.
e.
Orang tua aktif dan mandiri
Bagaimana sikap orang tua
terhadap diri sendiri amat penting karena orang tua menjadi model utama bagi
anak.
f.
Menghargai kreativitas
Anak
yang kreatif memperoleh banyak dorongan dari orang tua untuk melakuakan
hal-hal yang kreatif.
2.
Orang tua sebagai model
Ayah Marie Curie seorang guru besar fisika sering
mengundang Marie kecil ke laboratoriumnya untuk melihat alat-alat untuk
melakukan eksperimen. Semua orang dewasa dapat menjadi model bagi anak, guru,
anggota keluarga, teman orang tua, atau kakek-nenek. Tetapi model yang paling
penting adalah orang tua yang kreatif yang memusatkan perhatiannya terhadap
bidang minatnya, yang menunjukan keahlian dan disiplin diri dalam bekerja,
semangat dan motivasi internal
Ø
SIKAP ORAMG TUA YANG MENUNJANG DAN TIDAK MENUNJANG
PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK
1.
Yang Menunjang
a.
Menghargai pendapat anak dan mendorongnya
untuk memngungkapkannya
b.
Memberi waktu kepada anak
untuk berpikir, merenung, dan berkhayal
c.
Membolehkan anak mengambil keputusan sendiri
d.
Mendorong kemelitan anak,
untuk menjajaki dan mempertannyakan hal2
e.
Meyakinkan anak
bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dicoba dilakukan, dan apa yang
dihasilkan
f.
Menunjang dan
mendorong kegiatan anak
g.
Menikmati keberadaannya
bersama anak
h.
Memberi pujian yang
sungguh-sungguh kepada anak
i.
Menjalin
hubungan kerja sama yang baik dengan anak
2.
Sikap Tidak Menunjang
a.
Mengatakan kepada anak bahwa ia dihukum jika
berbuat salah
b.
Tidak membolehkan anak marah kepada orang tua
c.
Tidak membolehkan anak mempertanyakan keputusan orang tua
d.
Tidak membolehkan anak
bermain dengan anak dari keluarga yang mempunyai pandangan dan nilai yang
berbeda dari keluarga anak
e.
Anak tidak boleh berisik
f.
Orang tua ketat mengawasi kegiatan anak
g.
Orang tua memberi
saran-saran spesifik tentangg penyelesaian tugas
h.
Orang tua krittis terhadap anak dan menolak gagasan anak
i.
Orang tua tidak
sabar dengan anak
j.
Orang tua dan
anak adu kekuasaan
k.
Orang tua menekan dan memaksa anak untuk meyelesaikan
tugas
Penting pula peranan kelompok orang tua sebagai pendukung
program keberbakatan di sekolah,
misalnya dalam mencari mentor, membantu pelaksanaan program, dan dapat membantu mengajar.
Ø
FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENYEBABKAN MUNCULNYA VARIASI
ATAU PERBEDAAN KREATIVITAS YANG DIMILIKI
a. Jenis kelamin
Anak laki-laki
menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki
dan anak perempuan. Anak laki-laki
diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para
orangtua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif
dan orisinalitas.
b. Status sosial ekonomi
Anak dari
kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif daripada anak yang berasal dari sosial
ekonomi kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosioekonomi
yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan
untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.
c. Urutan kelahiran
Anak dari
berbagai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan
lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir di
tengah, lahir belakangan dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang
tinggi dari pada anak pertama.
Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih
mendorong anak untuk menjadi anak
yang penurut daripada pencipta.
d. Ukuran keluarga
Anak dari
keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar.
Dalam keluarga besar, cara mendidik anak yang otoriter
dan kondisi sosioekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan
kreativitas.
e. Lingkungan kota vs lingkungan pedesaan
Anak dari
lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak lingkungan pedesaan.
f. Inteligensi
Setiap anak
yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai
lebih banyak gagasan baru untuk menangani
suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.
Ø
UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK
Dalam upaya
mengembankan kreativitas anak atau mengoptimalkan fungsi
belahan otak kanannya. Orang
tua tidak boleh menjadikan anak sebagai objek yang harus
menerima apa saja yang ia
sampaikan. Justru orang tua
harus menjadikan anaknya sebagai
subjek yang dilibatkan secara
intensive berdialog (komunikasi dua arah) dengan mengacu
pada topik yang kita bicarakan.
Ini akan lebih efektif dan mengena karena belahan otak
kanannya akan terfungsikan.
Namun, apa yang disampaikan harus menerobos ke pusat minat
anak, yang selanjutnya akan
tergerak pula emosinya, hingga anak terdorong untuk berpikir.
Hal ini disebut getaran
emosional yang menjadikan berpikirnya anak tersentuh. Tentunya apa
yang orang tua sampaikan
haruslah familiar buat anak agar anak tertarik (masuk ke pusat
minat), hingga ia pun tergerak
untuk mengetahuinya, yang dilanjutkan dengan berpikir.
Dengan begitu, belahan otak
kanannya barulah berfungsi. Adapun caranya, dengan
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada anak. Misal,
“Nak, kamu, kan, sering melihat
burung. Nah, mengapa burung
yang sering kamu lihat itu bisa terbang?” Mungkin ia akan
menjawab, “karena burung punya
sayap.” atau “Memang sudah dari sananya bisa terbang.”,
bisa pula “Habis, kakinya
kecil-kecil, kalau ada musuh dia tidak bisa lari kencang. Tapi kalau
bisa terbang dia bisa
cepat-cepat lari.”, dan seterusnya. Dengan begitu, orang tua melatih
keterampilan berpikir mereka.
Bisa juga orang tua
mengajak anaknya membuat kesimpulan sendiri dari hasil
pengamatannya terhadap
lingkungannya selama ini. Caranya, minta ia membua kalimat
dengan berpikir secara hipotesis
(menduga sesuatu yang belum terjadi). Misal, membuat
kalimat yang awalnya
mengguanakan kata “Apabila”, seperti “Apabila hujan turun deras dari
pagi hingga malam maka akan
terjadi banjir.”, dan seterusnya. Cara lain yaitu mengajak anak
bereksperimen dengan menggunakan
alat peraga. Misal, orang tua ingin mengajar tentang
erosi. Ajak anak menyiapkan dua
buah kotak yang sama-sama diisi tanah, lalu satu kota
ditanami rumput. Kita suruh ia
mengamati kotak itu dan menuangkan air kedalamnya. Setelah
itu simpulkan dan sampaikan pada
anak bahwa tanah yang tak ada rumputnya bila diisi air
akan mengalami erosi.
BAB
III
PENUTUP
Ø
KESIMPULAN
Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang
pertama dan utama bagi perkembangan seorang anak, sebab keluarga merupakan
wahana yang pertama untuk seorang anak dalam memperoleh keyakinan agama, nilai,
moral, pengetahuan dan keterampilan, yang dapat dijadikan patokan bagi anak
dalam berinteraksi dengan lingkungan. Melalui pendidikan dalam keluarga
berbagai pola bimbingan dapat diterapkan, sehingga dengan adanya kegiatan
bimbingan diharapkan dapat mengembangkan kreativitas anak sesuai dengan potensi
yang dimilikinya. Sebab keluarga adalah salah satu pusat pendidikan yang
berfungsi untuk membentuk pribadi-pribadi yang berkualitas, beriman, dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan diarahkan kepada pembentukkan
kepribadian manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk
susila. Melalui bimbingan dalam keluarga diharapkan dapat mempersiapkan
generasi penerus yang memiliki berbagai kreativitas untuk pengembangan dirinya
sejak usia dini.
Ø SARAN
Untuk dapat mengembangkan kreativitas anak atau kreativitas
diri sendiri, pertama-tama orang tua perlu mengenal bakat kreatif pada anak
(atau pada diri sendiri), menghargainya dan memberi kesempatan serta dorongan
untuk mewujudkannya